RSS

Jerawat oh jerawat..


Nama gw Sintha. Gw sekarang kelas 8 di sekolah Persada Nusantara. Gw anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak gw cewek dan sekarang kelas 12 disekolah yang sama dengan gw. Namanya Dara. Adek gw cowok kelas 5 disekolah yang sama juga dengan gw. Nama adek gw Arik. Biarpun bandel dia selalu menjadi kesayangan kami. Nakal tapi kocak, kalo dia ga ada dunia kami terasa sepi. Meskipun kami hampir setiap hari bertengkar tapi saat dia sedang tidak dirumah kami selalu saja merindukannya.
Sekolah kami letaknya tidak jauh dari komplek tempat kami tinggal. Setiap pagi kami berangkat bersama-sama dengan menggunakan kendaraan antar-jemput atau kalo ada salah satu dari kami yang kesiangan kami diantar oleh papa, dengan diiringi oleh gerundelan dari yang lain karena harus berangkat lebih siang. Apalagi kalo salah satu dari kami ada yang belum mengerjakan tugas dan tugas tersebut harus dikumpulkan pagi hari, pastilah terjadi perang Baratayudha dipagi hari.
‘Elu sich..makanya pasang alarm kek kalo mau tidur jadi kan ga kesiangan..’ omel salah satu dari kami.
‘Yee..namanya juga kebluk..mau ada gempa ato bom meledak juga pasti aja ga berasa..’sahut yang lainnya.
‘huuuussstt..kalian ini pagi-pagi ribut sekali, bukannya buru-buru sarapan, udah siang malah berantem..’ mama menengahi pertengkaran kami dan menyelematkan anaknya yang bangun kesiangan.
‘’Sudah cepat sarapan dan jangan lupa di minum susunya..’kata mama.
‘Ah, ga usah sarapan ah Ma udah siang nech..’ sahut Kak Dara kalo udah begitu.
‘Eh, ga boleh…harus sarapan..’ timpal mama.
‘Sarapan itu penting buat kita semua. Sarapan penting untuk kegiatan kita selama seharian penuh, karena sarapan itu memberikan enargi sehingga kita menjadi lebih bersemangat untuk menjalani semua aktifitas kita, dan pikiran kita menjadi lebih konsentrasi..Ayo..sekarang cepat selesaikan sarapan dan minum susunya..’ kata mama lembut namun tegas.
Akhirnya kami bertiga menghabiskan sarapan kami dan kemudian berlari menuju mobil dan mengambil posisi masing-masing. Kalo sudah begini kami menjadi lupa dengan kebiasaan yang selalu diajarkan oleh papa dan mama. Cium tangan dan mengucapkan salam sebelum meninggalkan rumah dan saat pulang kembali kerumah.
Mama dan papa menatap kami dari pintu depan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
‘Ayo donk pa..udah siang nech..nanti aku telat..’ kata Arik.
Papa hanya menggelengkan kepalanya.
‘Kok papa diem aja ya..ada apa ya?’ kata gw pada kakak dan adek gw’
‘Astagaa..kita kan belum cium tangan papa dan mama belum kasih salam juga..pantes aja papa cuma ngelihatin kita dari depan pintu rumah..’ kata Kak Dara pada kami.
Lalu kami bertiga keluar lagi dari mobil dan berpamitan pada papa dan mama sambil mencium tangan.
‘Satu hal yang perlu kalian ingat, selalu ucapkan salam saat kalian hendak pergi dan sampai kembali dirumah, jangan pernah lupa itu. Itu salah satu hal yang akan menunjukkan bahwa kalian menghormati dan menghargai orang lain yang tinggal bersama dengan kalian..’kata mama bijaksana.
‘Iya mama..’ sahut kami bertiga.
Kami kembali memasuki mobil, yang disusul oleh papa dibelakang kami yang hari ini bertugas menjadi sopir kami karena kami kesiangan.
‘Belajar sesuatu yang baik ya dari sekolah hari ini..’ seru mama dibelakang kami.
‘Pasti Ma..’ sahut kami dari dalam mobil.
Pagi ini ada pelajaran matematikan dikelas gw, gw suka pelajaran matematika, karena selain gurunya baik, dari kecil gw memang paling suka untuk urusan hitung menghitung. Pelajaran matematika tidak pernah terasa lama menurut gw, karena saat kita serius dengan sesuatu, waktu berlalu tanpa terasa dan tiba-tiba saja Pak Sandi, guru matematikaku yang baik ini mengatakan bahwa tugas yang sedang kami kerjakan, dilanjutkan dirumah saja dan lusa baru dikumpulkan.
‘Hwaaa..PeeR lagi..’kataku dalam hati.
Siang itu aku pulang sekolah sendiri karena aku harus ikut ekstrakulikuler basket. Kak Dara dan Arik sudah pulang duluan karena hari itu mereka tidak ada ekskul tambahan dan Kak Dara tidak ada pelajaran tambahan yang biasa diberikan pada siswa-siawa kelas 12 yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional. Aku pulang dengan mobil jemputan. Aku tertidur didalam mobil kerena terlalu capek.
‘Mba Sintha, sudah sampai dirumah mba..’ kata bapak sopir yang mengantarkan aku sambil memegang bahuku.
‘oo..iya pak Sardi, makasih banyak ya pak sudah mengantar dan membangunkan Sintha..maaf Sintha ketiduran..’ kataku malu karena aku tertidur.
‘ah..tidak apa-apa mba, itu sudah biasa kok mba..yang lain juga sering begitu..’ sahut pak Sardi dengan senyumnya yang ramah.
‘ya sudah turunnya hati-hati mba…’ lanjutnya.
‘Iya pak..makasih ya pak..bapak juga hati-hati.. Sampai ketemu besok ya pak..’ kataku sambil berlalu memasuki pagar rumahku.
‘Sintha pulang..’ ucapku saat memasuki rumah.
Kok, tidak ada jawaban, rumah sepi, dan pintu terkunci. Aku mencari kunci ditempat biasa mama menyembunyikannya kalo mama hendak pergi meninggalkan rumah. Aku menemukannya dan aku membuka pintu, buru-buru masuk kedalam rumah tanpa menguncinya kembali.
Aku meletakkan tasku diatas meja belajar dan aku kemudian turun lagi, membuat sirup mangga yang dingin dan menyalakan tv. Aku duduk disofa masih dengan memakai kaos seragam basketku, menonton acara tv yang tidak jelas, lama-lama karena bosan akupun tertidur disofa depan tv.
‘Aduh..Sintha..’ujar mama.
‘Kamu ini anak perempuan kenapa jorok begini sich..’ lanjut mama.
‘Kalo pulang sekolah itu cuci tangan, cuci kaki dan ganti baju dulu baru nonton tv…jadi pas kamu istirahat badan kamu lebih bersih..’ tukas mama.
‘Maaf Ma, iya Sintha akan ingat..’ sahutku sambil manyun.
‘Ya sudah, sana sekarang kamu mandi, bau keringet nech..kamu juga Arik, Dara ajak adeknya naik dan kalian juga mandi, setelah itu belajar..’ Kata mama.
‘Siaaap Maaaa..’ Seru Arik sambil ngeloyor menaiki tangga menuju kamarnya.
Arik adik kesayanganku yang bandelnya setengah hidup itu mengetuk pintu kamarku.
‘Kak Sintha..’ serunya.
‘Iya Rik, kenapa? Masuk aja ga dikunci kok…’sahutku dari dalam kamar.
‘Kak, aku ada PR matematik nech..boleh ajarin ga?’ kata Arik sambil membawa buku-bukunya menuju kamarku. Adikku ini walaupun jagoan dalam pelajaran Ilmu pengetahuan dan bahasa inggris, tapi untuk urusan menghitung dia selalu merengek padaku untuk diajari.
‘Ya udah sini, mana coba kakak lihat PR nya..’ kataku.
Kami berdua memulai acara les privat untuk Arik. Arik walaupun kadang cengengesan kalo sedang diajari tapi dia mudah sekali menangkap apa yang aku ajarkan padanya. Dia cepat mengerti dan memahami apa yang diajarkan padanya.
Jam 8 malam kami dipanggil oleh mama untuk makam malam bersama.
‘Anak-anak makan malam sudah siap, turun makan dulu, nanti baru lanjutkan lagi pekerjaan kalian..’ seru mama dari lantai bawah.
Kami makan malam bersama dan mengobrol bersama tentang kaegiatan yang kami lalui hari ini. Papa selalu menanyakan apa saja yang kami dapat dari sekolah setiap kami berkumpul di meja makan untuk menikmati masakan mama yang ala cheef ini. Kami berbagi cerita apa saja yang kami alami disekolah. Kadang kami suka tertawa saat Arik menceritakan kejadian-kejadian lucu yang dialami disekolah bersama dengan kawan-kawan sekelasnya. Contoh, tadi siang Arik ada pelajaran seni tari dikelasnya dan semua anak-anak berganti baju, Sindy teman Arik yang kata Arik adalah anak perempuan yang paling cantik dikelasnya memakai kaos terbalik tanpa dia menyadarinya. Teman-temannya tidak ada yang memberitahunya dan malah menertawakannya, sampai akhirnya Sindy malu dan menangis. Adikku yang sok mau jadi pahlawan ini berusaha untuk menghibur temannya yang sedang sesenggukan itu.
‘Sudahlah Sindy, biarkan saja mereka tertawa..kamu jangan sedih, aku tidak menertawakanmu kan..tenang saja..sudah hapus air matanya, kamu jelek sekali kalau menangis seperti itu..’kata adekku sok bijak.
Papa yang meskipun tertawa mendengar cerita Arik, namun beliau merasa bangga padanya. Ternyata walaupun Arik iseng dia bisa baik juga sama temannya. Itulah kebiasaan kami setiap makan malam bersama, kami berbagi cerita tentang aktifitas dan rutinitas kami seharian.
‘Hwaaaaa…jerawaaaaattt…’ teriak Kak Dara.
Aku dan Arik yang kamarnya bersebelahan dengan kamar Kak Dara kaget dan terlonjak mendengar teriakan pagi hari kakak kami yang histeris itu.
‘Kenapa sich kak pagi-pagi buta teriak-teriak, ini kan hari minggu kak..’ kataku yang diikuti anggukan Arik yang berdiri disebelahku yang masih mengantuk juga.
‘Ada jerawat di muka kakak, Sintha…’ kata kakakku dengan muka histeris.
‘Ya ampun kirain ada apa, cuma jerawat aja..kirain ada gempa…’ lanjut Arik dengan tengilnya.
Kami berdua akhirnya kembali kekamar masing-masing dan melanjutkan tidur kami setelah mengetahui apakah gerangan yang terjadi sehingga kakak kami menjadi histeris seperti tadi.
Siang itu rencananya mama dan papa mau mengajak kami ke mall selain untuk jalan-jalan sekalian mama belanja bulanan.
‘Ayo siap-siap kita mau kemall, mama mau belanja sekalian katanya kalian pingin makan pizza kan?’ kata mama pada kami.
‘Asiik..makan pizza..’ kataku.
‘Siap mamaku sayang…’Kata Arik sambil mencium pipi mama karena senang mau diajak jalan-jalan. Adikku ini memang kadang-kadang suka bikin ketawa.
‘Aku ga mau ikut Ma..’ kata kak Dara.
‘Kenapa?’ sahut papa yang duduk disofa sambil menonton acara tv.
‘Pokoknya Dara lagi ga pingin kemana-mana..’Kata kak Dara sambil manyun.
‘Ya sudah, nanti mama bawakan aja pizza nya untuk Dara.’ Sahut mama.
Akhirnya kami berangkat menuju salah satu pusat perbelanjaan tanpa kak Dara. Papa menanyakan kepada kami kenapa Kak Dara tidak mau ikutan ke mall. Dan Arik sang story telling, menceritakan sebab musabab kenapa kakak kami tercinta itu tidak berminat untuk diajak ke mall dan malah dengan senang hati bersedia untuk jaga rumah.
‘Kak Dara jerawatan Pa..makanya kakak malu buat keluar rumah..’ kata si Arik.
‘Walah itu tho masalahnya sampai dia melewatkan acara makan pizza bersama kita..’ sahut papa.
Kami mengobrol tentang jerawat kak Dara dan juga tentang hal-hala sepanjang perjalanan dan selama kami makan dan menemani mama berbelanja.
Keesokan harinya saat kami sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah, kami mendapati Kak Dara yang duduk dimeja makan dengan muka cemberut. Ternyata jerawatnya belum juga hilang malah jadi memerah seperti buah cerry.
‘Dara kenapa? Pagi-pagi kok udah manyun aja..’ Tanya mama.
‘Jerawat Dara makin merah Ma…’ ujar kakakku yang sudah stress akibat jerawat itu dengan suara bête.
Mama hanya tersenyum melihat Kak Dara manyun sejadi-jadinya akibat satu jerawat yang nangkring dihidungnya yang membuatnya jadi seperti pinokio kalo sedang berbohong.
Sudah seminggu berlalu dan jerawat kakakku belum juga hilang, sudah berbagai obat dia coba untuk mengusir jerawat membandel itu. Uang saku dan sebagian uang tabungannya dia habiskan untuk mengobati jerawat membandel itu. Setiap malam muka kakakku jadi aneh dengan obat-obatan yang dia tempelkan kehidung untuk mengusir sang jerawat. Rutinitas baru Kak Dara menjelang tidur adalah memandangi cermin dikamarnya dengan muka manyun karena jerawat.
Kemarin malam malah sampai hampir jam 12 Kak Dara belum juga tidur karena masih sibuk dengan jerawat dan obat-obatnya. Dan akibatnya besok paginya kami harus terlambat sampai sekolahan dan akhirnya Arik harus dihukum karena terlambat. Aku lebih beruntung karena kebetulan pagi itu jam pelajaran pertama kosong, karena ibu guru yang mengajar sedang cuti sakit. Kasihan si Arik harus dihukum berdiri didepan kelas sampai sepanjang jam pelajaran. Dan seharian ini Arik jadi bête sama Kak Dara, sampai-sampai Kak Dara tidak ditegur hingga saat makan malam tiba. Arik diam seribu bisu pada Kak Dara.
‘Arik, kenapa diam saja?’Tanya mama pada anak laki-laki satu-satunya dirumah ini.
‘Gapapa Ma..’ sahut Arik masih dengan muka betenya.
‘Kalo ga kenapa-kenapa, kenapa muka kamu bête gitu? Terus kenapa kamu jadi pendiam malam ini?’ sambung papa.
‘Arik kesel aja Pa..Gara-gara tadi pagi nungguin kak Dara yang bangun kesiangan, Arik jadi terlambat masuk kelas dan harus dihukum berdiri didepan kelas sepanjang pelajaran..’sahut Arik kesal.
‘Ooo.. jadi itu sebabnya kamu ga negur kakak dari semenjak pulang sekolah?’ Tanya kak Dara.
‘Ya sudah, kakak minta maaf ya Arik…jangan marah lagi sama kakak..’ mohon kak Dara pada Arik.
Arik masih diam, sepertinya dia masih sedikit kesal pada kak Dara.
“Arik, kakaknya sudah minta maaf kok kamu diam aja. Sesama saudara harus saling memaafkan, Tuhan aja mau memaafkan umatnya yang paling jahat sekalipun saat dia minta maaf. Masa Arik ga mau maafin kakaknya..’ kata mama lembut pada Arik.
‘Ayo salaman sama kakaknya, kan Kak Dara udah minta maaf, dan Arik ga boleh bête-bete lagi sama kakaknya ya..’ lanjut mama.
Akhirnya kak Dara dan Arik berbaikan, meskipun Arik sebenernya masih sedikit jengkel dengan kak Dara.
Hari-hari selanjutnya kak Dara makin pusing dengan jerawatnya yang tidak kunjung pergi itu. Mama yang melihat usaha kak Dara yang sia-sia dalam rangka mengusir sijerawat itu merasa kasihan pada Kakakku tersayang itu. Akhirnya mama mengajak kakakku kesupermarket untuk membeli beberapa keperluan yang akan dipake untuk membuat ramuan pengusir jerawat.
Mama tidak membelikan kakakku obat jerawat yang paling mujarab, tapi mama membeli berbagai beberapa jenis buah-buahan dan sayuran. Ada ketimun, tomat, jeruk nipis dan juga telur ayam kampung.
Sesampainya dirumah mamaku membuatkan masker yang akan dioleskan diwajah kakakku dengan berbagai bahan yang tadi mereka beli di supermarket itu. Dan mama memberikan pesan yang penting pada kakakku supaya nantinya jerawatnya tidak muncul-munul lagi. Mama menasehati suapaya kakakku rajin untuk membersihkana muka dan rajin mencuci muka setelah bepergian, sehingga debu dan kotoran yang menempel diwajah hilang sehingga muka menjadi bersih dan tidak timbul jerawat.
Setelah beberapa hari memakai ramuan yang dibuat oleh mama, jerawat yang menempel dihidung Kak Dara mulai mengecil.
Dan sekarang kakak gw yang cantik ini tidak perlu lagi begadang hanya demi mngobati jerawat yang ga penting itu. Intinya kalo mau jerawat menjauhi kita, jaga supaya wajah kita tetap bersih, jangan sering memegang muka dengan tangan yang kotor, dan yang terpenting, istirahat yang cukup supaya wajahnya tetap segar dan jerawat ga akan lagi deketin kita, itu yang akhirnya selalu mama ingatkan pada kakak gw supaya tidak lagi terjadi perang dingin antar saudara cuma gara-gara jerawat.
Dan yang pasti sekarang kakakku yang cantik ini jadi sering membersihkan mukanya. Ternyata kalo muka bersih jerawatpun jadi takut untuk mendekat.
Bye..bye…jerawat…

Kotak Musik Pink

Namanya Karin Karenina, dan biasa dipanggil Karin. Rambut panjangnya yang hitam selalu diikat ekor kuda. Lincah, gesit dan cekatan, kesan yang terlintas saat pertama kali melihatnya. Wajahnya yang bulat seperti telur itu selalu dihiasi senyuman dengan lesing pipit dikedua pipinya yang menjadikannya terlihat lebih manis.
Dan Karin adalah putri tunggal sebuah keluarga ternama dikota tempat dia tinggal. Meskipun dia anak tunggal tapi dia terbiasa hidup mandiri, mungkin karena kedua orang tuanya yang sibuk bekerja membuatnya terlatih dan terbiasa untuk melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya sendiri. Dia tidak pernah mengeluh meskipun dia lebih sering ditemani oleh si bibi yang bekerja dirumahnya. Malahan dia sering kali ikut melakukan pekerjaan rumah yang biasa dilakukan si bibi. Mencuci piringnya sendiri setelah makan, itu selalu menjadi pekerjaan rutinnya.
“Karin, si bibi memang bekerja untuk membantu mengurus rumah kita dan segala keperluan kamu saat papa dan mama sedang bekerja atau sedang pergi keluar kota. Tapi bukan berarti bahwa kamu bisa dengan seenaknya menyuruh-nyuruh atau memerintah dia untuk melayani kamu. Lakukan sendiri sesuatu yang bisa kamu lakukan untuk keperluan kamu sendiri. Berlatihlah untuk mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain. Karena mungkin tidak selamanya bibi ada bersama dengan kita seperti sekarang ini. Mungkin suatu saat nanti dia harus meninggalkan kita dengan alasan tertentu, dan jika itu terjadi kamu akan sudah terbiasa untuk bisa mengurus diri kamu sendiri saat papa dan mama sedang tidak bersama dengan kamu..”nasehat yang selalu papa dan mama Karin ajarkan padanya saat mereka sedang berkumpul bersama saat makan malam atau hanya sekedar ngobrol diruang keluarga. Meskipun orang tua Karin sibuk tapi selalu ada waktu untuk mereka bisa berbagi kebersamaan dengan buah hati mereka, entah itu saat sarapan atau makan malam bersama. Kehangatan keluarga itu tidak pernah hilang meskipun anggotanya mempunyai kesibukannya masing-masing.
Karin yang adalah seorang siswi sekolah tingkat pertama selalu melakukan kewajibannya dengan sebaik-baiknya meskipun orang tuanya sibuk. Dia selalu bangun pagi dan berolah raga sebentar sebelum dia mandi dan memulai aktifitasnya disekolah. Olah raga yang paling dia sukai dipagi hari adalah lari keliling kompleks bersama dengan Chiko anjing kesayangannya. Dia selalu dan terbiasa bangun pukul 5 pagi, meskipun saat itu adalah hari libur.
Pagi itu Karin sedang lari pagi yang tentunya di temani oleh Chiko sang anjing kesayangan. Chiko yang biarpun terikat dirantai yang dipegang oleh Karin dia menikmati sekali kegiatannya pagi itu. Hari itu adalah hari minggu, dan Karin libur sekolah jadi dia bisa keliling-keliling kompleks lebih lama untuk menikmati sejuknya udara pagi dan hiruk pikuknya kehidupan pagi hari di kompleks tempatnya tinggal. Ibu-ibu rumah tangga dan para pembantu rumah tangga yang mulai sibuk berbelanja sayuran dan anak-anak kecil yang sudah mulai bermain didepan rumah bersama dengan teman-teman sebaya mereka.
‘Selamat pagi ..’sapa Karin setiap kali dia bertemu dengan orang sepanjang perjalanannya dengan senyumnya yang hangat, sehangat cahaya mentari pagi itu.
‘Selamat pagi Karin..’ sahut mereka. Karin cukup terkenal dikompleksnya, karena selain dia adalah gadis yang manis dia juga ramah dan sopan kepada siapa saja.
Dalam perjalanannya pulang dari olah raga pagi itu Karin menemukan sebuah kotak yang tergeletek dijalan samping rumahnya. Dia berhenti berlari dan memungut kotak kecil tersebut. Dia ambil lalu dia melanjutkan perjalanannya menuju rumah.
Sesampainya dirumah dia berlari kehalaman belakang, menuju ayunan tempat biasa dia bersantai sambil membaca koleksi buku-buku bacaannya sepulang sekolah. Dia duduk masih dengan keringat yang membasahi badannya. Pelan-pelan dia membuka kotak tersebut dan dia terpesona melihat isi dari kotak tersebut. Sebuah kotak musik berwarna pink dengan dua patung teddy bear yang sedang berpelukan dan menari-nari dalam alunan musik yang indah saat kotak tersebut dibuka.
Hatinya begitu gembira menemukan benda tersebut, namun dia juga bingung, siapakah pemilik kotak musik tersebut. Apakah pemiliknya menyadari bahwa kotak musiknya terjatuh saat dia dalam perjalanan. Dalam hatinya dia merasa kasihan pada sang pemilik kotak tersebut.
Hari demi hari berlalu tanpa ada yang menanyakan perihal kotak music tersebut, dan semakin hari Karin semakin jatuh cinta pada kotak musik itu. Setiap malam sebelum tidur dia selalu membuka kotak music itu dan memandangnya beberapa saat serta menikmati alunan musiknya yang indah. Hatinya terasa tenang dan damai setiap kali dia mendengar music yang keluar dari benda tersebut.
‘Karin, belum tidur ?’ sapa mama sambil membuka pintu kamar Karin.
‘Belum Ma..’ sahut Karin.
‘Mama ada mendengar alunan music yang keluar dari kamar kamu..seperti bunyi sebuah kotak music..’ kata mama lagi.
‘Iya Ma..Waktu hari minggu, minggu lalu, saat Karin pulang dari lari pagi, Karin menemukan sebuah kotak tergeletak disamping pagar rumah kita Ma..lalu Karin mengambil kotak tersebut dan setelah Karin buka isinya adalah kotak music pink ini Ma..’ kata Karin.
‘Lalu kotak music ini milik siapa? Apakah kamu tau pemiliknya?’ Tanya sang mama.
‘Karin tidak tahu Ma..sudah seminggu tapi Karin belum juga mengetahui siapa pemilik kotak music ini..’ sahut Karin.
‘Oo..begitu..Karin.., kamu boleh memainkannya saat ini, tapi kamu tidak boleh menggap bahwa itu adalah kepunyaan kamu, jadi kamu harus berhati-hati memainkannya, dah kamu harus marawatnya dengan baik, karena siapa tahu nanti ada orang yang merasa kehilangan benda itu, dan pada saat itu kamu harus bersedia dan mau untuk mengembalikan benda itu pada pemiliknya karena memang barang ini bukan kepunyaan kamu..Ya Karin..???’ kata sang mama dengan lembut.
‘Iya Ma, Karin akan jaga baik-baik barang ini..’sahut Karin.
‘Ya sudah, sudah malam, sekarang kamu tidur, karena besok kamu harus sekolah..selamat malam Karin…Selamat tidur..’ kata mama sambil mencium kening Karin.
‘Malam Mama…’sahut Karin.
Dua pekan berlalu sejak Karin menemukan kotak musik itu, tanpa ada yang merasa kehilangan. Karin semakin menyayangi kotak musik itu, karena selalu menemani Karin setiap malam menjelang tidur.
Hari itu disekolahnya Karin dan Bella sahabatnya berencana hendak keperpustakaan untuk mencari bahan tugas makalah biologi. Perpustakaan sekolah Karin berada di lantai 3. Dilorong dia melewati banyak murid-murid yang sedang mengobrol, karena saat itu sedang jam istirahat. Saat dia sedang berjalan menaiki tangga dia mendengar obrolan dua orang siswi mengenai sebuah kotak music yang hilang. Dia merasa penasaran dan dia berhenti untuk menanyakan perihal hilangnya kotak music tersebut.
‘Maaf, barusan aku secara tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian mengenai kotak music yang hilang. Kotak music yang hilang itu seperti apa ya? Dan siapa pemiliknya kalo aku boleh tahu?’ Tanya Karin pada kedua siswi tersebut.
‘Kotak music itu berwarna pink dan pemiliknya adalah tetangga disebelah rumahku..’sahut salah satu dari mereka.
‘Beberapa hari yang lalu aku menemukan sebuah kotak didekat rumah tempat tinggalku. Dan isi dari kotak tersebut adalah sebuah kotak music. Aku tidak tau apakah kotak music yang aku temukan itu adalah kotak music yang kamu maksud atau bukan, tapi bolehkah kamu mengantarkanku pada orang yang kehilangan kotak music itu untuk menanyakan apakan kotak music yang aku temukan itu kepunyaannya atau bukan?’ jelas Karin.
‘oh, tentu boleh Karin, kapan kamu akan kesana nanti aku antar, kebetulan rumah kita kan hanya beda beberapa blok saja..’ jawabnya.
‘Bagaimana kalau sore ini? Nanti aku akan datang kerumah kamu sekitar pukul 4. Apa kamu bisa?’ Tanya Karin.
‘oo..tentu..aku akan antar kamu kerumahnya..’sahut Marta, nama siswi tersebut.
‘Ok kalau gitu, aku kerumah kamu jam 4 ya Marta, makasih ya..’ tukas Karin sambil kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju perpustakaan.
Dan sore itu Karin yang hendak memastikan apakah kotak music itu milik orang itu atau bukan menjadi ragu, dia takut kalo seandainya memang benar bahwa kotak music itu adalah milik orang tersebut berarti dia mau tidak mau harus mengembalikan kotak music itu kepada pemiliknya, padahal Karin sudah begitu sayang pada kotak music tersebut. Dia hendak mengurungkan niatnya untuk mencari tahu kepastian tersebut, namun dia teringat kembali akan perkataan mamanya malam itu, dan akhirnya dia berangkat juga kerumah Marta dengan membawa kotak music itu. Sepanjang perjalanan dia berdoa semoga orang yang akan dia kunjungi bukanlah yang empunya kotak music tersebut. Hatinya semakin galau dan sedih karena takut akan kehilangan benda yang sudah sangat ia sayangi itu.
Pukul 4.20 Karin sampai dirumah Marta.
‘Permisi..’ Karin mengucapkan salam saat memasuki halaman rumah Marta.
‘Iya, tunggu sebenta ya Karin, aku pamit sama mamaku sebentar..’ sahut Marta dari dalam rumahnya.
Akhirnya Marta dan Karin berangkat menuju rumah orang yang sejak tadi ditakuti oleh Karin sebagai pemilik dari kotak music tersebut. Rumah orang tersebut hanya berselang 3 rumah dari rumah Marta.
‘Permisi…Ega…’ seru Marta memanggil sang empunya rumah.
‘Iya..Ega sedang tidur..’ suara seorang perempuan tua menyahut salam dan panggilan Marta.
‘Eh, Marta…ada apa? Ega sedang tidur? Ada yang bisa nenek bantu?’ lanjut sang nenek.
‘Ooh, ini nek saya mengantar teman saya, namanya Karin..’jawab Marta.
Karin menjabat tangan sang nenek lalu mencium tangannya.
‘Karin, Nek..’ kata Karin.
‘Sofia..kamu boleh panggil Nenek Sofi..’ sambung sang nenek.
‘Oiya mari silahkan masuk..kalian mau minum apa?’ nenek Sofi menawarkan minum pada mereka berdua.
‘Tidak usah repot-repot Nek, terimakasih…kami tidak lama kok..’ kata Marta.
‘Oohh..oke, jadi ada perlu apa ya nak Karin kemari?’ Tanya sang nenek lembut.
Karin masih ragu-ragu dan takut, dadanya berdebar dengan kencang, mukanya mulai memerah. Dengan suara sedikit gemetar dia menjelaskan maksud kedatangannya.
‘Begini Nek, beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah kotak tergeletak dijalan dekat rumah saya. Kotak itu berisi sebuah kotak music. Dan tadi siang saya mendengar Marta membicarakan sebuah kotak music yang hilang. Apakah kotak music yang hilang itu ini Nek?’ Kata Karin sambil mengulurkan kotak itu kepada sang nenek.
Nenek Sofi membuka kotak tersebut dan mengiyakan bahwa itu adalah kotak musiknya yang hilang, kotak musik yang beliau beli sebagai hadiah ulang tahun cucunya semata wayang, Ega. Muka sang nenek berbinar senang, karena kotak musik itu akhirnya ketemu. Nenek Sofi sudah sangat sedih saat menyadari bahwa kotak tersebut terjatuh saat dia pulang dari pasar untuk membelinya, padahal kotak musik itu adalah benda yang selama ini diinginkan oleh Ega. Nenek Sofi berterimakasih sekali karena Karin bersedia mengembalikan benda itu kepadanya. Nenek Sofi bercerita betapa kecewanya Ega saat dia tau bahwa hadiah ulang tahunnya terjatuh. Meskipun Ega bersikap tegar namun sang nenek tahu bahwa cucunya tersebut sedih.
Ega adalah gadis kecil yang tinggal bersama dengan neneknya, karena orang tuanya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan ternyata si Ega ini menderita sakit yang cukup parah. Dia terkena Leukimia stadium 4. Sang nenek selalu berusaha sekuat tenaga untuk dapat menyenangkan hati Ega disaat-saat terakhir hidupnya.
‘Bagaimana kalo Karin berkenalan dengan Ega, dia pasti akan senang dan berterimakasih karena Kerin sudah bersedia mengembalikan benda yang begitu dia inginkan..’ tawar sang nenek.
‘ooh..dengan senang hati Nek..’ sahut Karin.
‘Sebentar Nenek bangunkan Ega ya..oiya kalian mau minum apa? Hangat atau dingin?’ tawar sang nenek kembali.
‘Dingin boleh Nek..’ sahut Marta.
Nenek Sofi masuk kedalam untuk membangunkan Ega dan membuat minuman.
‘Sore Kak Marta..’ sapa Ega pada Marta.
‘Sore Ega..Ini kenalkan, Kakak Karin teman Kak Marta. Kakak Karin ini yang menemukan kotak music kamu yang terjatuh tempo hari..’ kata Marta memperkenalkan mereka berdua.
‘ Karin..’
‘Ega..Terimakasih ya Kak, kakak sudah mau mengembalikan kotak music itu.’ Jawab Ega sambil menjabat tangan Karin dengan senyum yang merekah karena bahagia.
‘Iya..sama-sama Ega..’sahut Karin.
Mereka mengobrol dengan serunya, dan Ega serta Karin menjadi sangat akrab, mereka bercanda dan tertawa. Nenek Sofi begitu terharu melihat cucunya bisa tertawa dengan bahagia.
Tanpa terasa hari sudah malam, sudah lewat maghrib, dan akhirnya Marta dan Karin undur diri pada Nenek Sofi dan Ega.
‘Kakak Karin sering-sering maen kesini ya…maen sama Ega..’ seru Ega pada Karin yang sudah berjalan keluar halaman rumahnya.
‘Iya..kakak akan sering maen kesini…kamu jangan nakal ya..’ sahut Karin dengan senyum manisnya.
Sesampai dirumah Karin menceritakan semua kejadian sore itu pada mama dan papanya. Bagaimana yang tadinya dia begitu takut kehilangan kotak music itu sampai akhirnya dia dengan senang hati mengembalikan benda itu kepada Ega, gadis cilik yang begitu menginginkan benda itu.
‘Mama dan papa bangga sama kamu Karin..Kamu sudah mau jujur dan mau rela mengembalikan kotak music itu kepada Ega, meskipun kamu juga sangat ingin memiliki kotak music itu. Dan sebagai gantinya kamu mendapatkan satu teman kecil baru. Kamu bisa bermain dan bercanda dengan dia, bisa berbagai kebahagiaan disaat-saat terakhir Ega..Kamu mendapatkan sahabat baru. Sekarang kamu bukan hanya bisa bermain dengan kotak music itu sendiri tapi juga dengan Ega. Kalian bisa bermain bersama dan menikmati setiap alunan nada yang keluar dari kotak music itu berdua. Bukankah itu lebih menyenangkan, daripada kamu menikmati sendiri keindahan kotak music itu?’ kata papa.
‘Iya papa…aku sekarang lebih bahagia pa, karena selain aku tetap bisa bermain dengan kotak music itu, aku juga jadi punya sahabat baru. Punya adik kecil..’ kata Karin sambil tersenyum pada papa dan mamanya.
‘Nah ini baru anak papa dan mama…’ kata papa dan mama kompak.
Hari-hari setelahnya Karin jadi lebih sering maen bersama dengan Ega, entah Karin yang datang kerumah Ega, atau Ega yang maen dengan diantar oleh sang nenek. Mereka menjadi begitu akrab layaknya kakak adik sungguhan. Bercanda dan berbagi mainan berdua. Karin begitu menyayangi Ega begitu juga dengan Ega.
Hingga suatu malam selepas Karin meninggalkan rumah Ega, Ega mendapat serangan. Ega dibawa kerumah sakit oleh sang nenek, sesampai dirumah sakit Ega dibawa keruang UGD untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun ternyata Tuhan punya rencana lain. Ega dipanggil pulang kepangkuannya saat dokter yang biasa menanganinya mencoba memberikan pertolongan. Ega akhirnya meninggal dunia malam itu.
Kabar meninggalnya Ega sampai juga ditelinga Karin pagi harinya. Karin langsung berlari menuju rumah Ega, Karin menangis melihat sahabatnya, adik barunya terbujur kaku. Dipeluknya Ega untuk terakhir kalinya. Dilihatnya wajah gadis kecil itu untuk terahir kalinya. Wajah itu tersenyum. Ega meninggal dengan bahagia dan dalam senyuman.
Nenek Sofi mendekati Karin dan memberikan sebuah amplop dan sebuah kotak pada Karin. Karin membuka amplop itu dan membaca surat yang ada didalamnya.
‘Dear Kak Karin…
Kakak, terimakasih kakak sudah mau menjadi sahabatku, menjadi kakak yang mau menyayangi aku.
Terimakasih kakak sudah selalu menemani aku disaat-saat terakhir aku. Sudah memberikan kebahagiaan kepadaku. Terimakasih sudah selalu mau aku repotkan dan aku buat pusing dengan semua pertanyaan-pertanyaanku tentang semua hal yang aku belum ketahui sebelumnya. Sudah sabar mengajari berbagai hal baru yang belum aku bisa sebelumnya. Terimakasih Kak.
Sekarang aku sudah bahagia diatas sini Kak. Kakak jangan menangis dan jangan sedih ya.
Oiya kotak music ini aku ingin sekali supaya kakak menyimpannya untukku. Kalau kakak kangen padaku kakak bisa memainkannya dan aku akan ada disamping kakak.
Aku sayang sama Kak Karin dan akan selalu menyayangi Kakak.
Ega.’
Karin menangis membaca surat itu namun dia tetap tersenyum saat menatap kembali tubuh Ega yang sudah kaku itu.
‘Kakak janji Ega, kakak akan menjaga baik-baik harta kesayangan kita ini…Kakak juga sayang sama Ega..Kamu baik-baik ya disana..’ kata Karin pada tubuh Ega.
Nenek Sofi memeluk Karin dengan erat dan mereka mengantarkan Ega sampai ketempat peristirahatannya yang terakhir.
‘Selamat jalan Ega, kamu akan selalu ada di hati kakak. Kamu akan selalu jadi sahabat kakak dan adik kakak yang paling manis..’ Bisik Karin untuk terakhir kalinya.
Setelah meninggalnya Ega, Karin masih selalu mengunjungi nenek Sofi. Dan bahkan mereka sering mengunjungi makam Ega berdua. Meskipun Ega sudah meninggal tapi meraka tetap menyayangi Ega.

Srikandi Katrok




Sasha adalah salah satu siswa yang kelasnya berada dipaling ujung sekolah asrama ini. Dia adalah gadis manis, yang lincah, pintar dan cekatan. Tidak hanya itu,dia juga mempunyai suara yang sangat merdu. Dalam setiap acara yang diadakan disekolah ini dia selalu menyumbangkan suara emasnya.

Selain pintar dia juga sangat baik dan santun terhadap para guru dan karyawan pengurus asrama. Gimana nggak, dia jadi salah satu selebritis disekolah itu. Siapa yang tak kenal dia. Siapa yang tak iri terhadap kepintaran, wajah manis dan suara merdunya. Semua orang yang mengenalnya merasa bangga terhadapnya.

Namanya juga anak smp, pasti ada aja yang nama geng-geng di kelas. Begitu pula dengan Sasha. Dia punya temen satu geng, yakni Tere dan Kania. Tere adalah gadis yang tinggi, kurus dengan rambut berombak yang membuatnya terlihat anggun. Dengan kacamatanya yang selalu tergantung di hidungnya yang tidak bisa dibilang mancung, Tere selalu memegang buku kemanapun dia melangkah, yang sebenernya juga tidak ada yang tau buku apa yang dia pegang. Dan Kania, gadis berwajah oriental ini selalu identik dengan lolipopnya. Kemanapun, dimanapun dan sedang apapun selalu saja terselip lollipop di mulutnya.

Mereka bertiga adalah jagoannya SMP Karya Bangsa, Sasha yang pintar Matematika ini selalu menjadi juara dalam setiap perlombaan antar sekolah yang diadakan dikota itu. Tere dengan kacamatanya selalu bisa menyelesaikan setiap soal fisika yang disodorkan padanya. Dan Kania yang bahasa inggrisnya sudah cas cis cus itu selalu menjuarai setiap perlombaan pidato dan debat dengan bahasa inggris. Mereka adalah tiga srikandi SMP Karya Bangsa.

Hari-hari diasrama adalah hari-hari dimana semua siswa menjadi sibuk. Bangun pagi-pagi, berdoa bersama, mandi sarapan dan akhirnya memulai aktifitas mereka sebagai seorang siswa. Sore hari setelah jam pelajaran usai mereka masih harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Malam hari setelah jam makan malam mereka dikelilingi oleh buku-buku pelajaran yang tentunya tidak bisa dibilang tipis, yang sebenernya bisa saja dijadikan sebagai bantal untuk tidur. Dan mereka harus dengan sabar dan tekum membaca setiap kalimat yang tertulis dalam buku-buku pintar itu. Hari-hari yang dipenui dengan rutinitas yang berat.

Pagi itu di kelas Sasha terjadi kehebohan. Kania si amoi, membawa gossip yang membuat heboh seluruh penghuni kelas itu. Ternyata mereka mendapat guru baru. Bapak Ardian namanya. Beliau ini akan mengajar mametika dikelas itu menggantikan Bapak Suta yang sudah memasuki usia pensiun. Kehebohan itu terhenti saat sosok laki-laki betubuh kurang lebih 180 cm dengan kemeja warna krem dan bawahan hitam serta sepatu hitam mengkilat memasuki ruangan itu. Pak Ardian begitu berwibawa dan tampak bijak dengan kacamata framelessnya. Penampilannya yang rapi dan memang berwajah ganteng itu membuat seluruh siswi dalam ruangan itu terpana.

“Nama saya Ardian. Dan saya akan mengajar matematika dikelas ini menggantikan Bapak Suta yang sebentar lagi akan pensiun. Nah, sekarang saya ingin sekali mengenal murid-murid saya dikelas ini satu persatu. Silakan siapa yang akan menjadi yang pertama untuk memperkenalkan dirinya..” kata Pak Ardian.

Hening. Tak ada satupun siswa yang maju atau bahkan berdiri untuk memulai acara perkenalan itu. Semua diam dan hanya memandang sang guru yang bak peragawan itu berdiri didepan kelas.

“Ok, kalo tidak ada yang bersedia untuk memulai, saya akan panggil satu-satu sesuai dengan nama yang tertera dalam daftar absensi ini.” Katanya.

Dan sang guru nan ganteng itu pun mulai mengabsen siswi yang ada dalam kelas tersebut. Hingga tiba giliran Sasha.

“Anastasia Sasha Ariyanto..” ucap pak Ardian

“Saya pak..” sahut Sasha sambil berdiri.

“Saya dengar kamu adalah salah satu siswi yang berbakat disekolah ini dalam bidang matematika dan juga kesenian. Semoga kita bisa bekerja sama dikelas ini ya Sasha..” samabungnya.

Sasha tersipu dan kembali duduk dibangkunya. Giliran Tere dipanggil namanya.

“Teresiana Hadinata..”

“Saya pak..” sahut Tere.

“Nah ini dia si fisikawan SMP Karya Bangsa..”ucap sang bapak guru.

Tere duduk kembali dengan muka memerah. Selanjutnya adalah giliran Kania.

“Kania Putri Nirmala..”

“Saya pak..” sambung Kania.

“Ini dia sang jagoan debat bahasa inggris kita..”

Reaksi yang sama terjadi pada Kania, muka merah, senyum simpul dibibirnya menunjukan bahwa dia tersanjung dengan pujian sang bapak guru.

“Dan saat nya kita memulai perlajaran kita hari ini. Silakan buka buku pelajaran kalian halaman 87.” Pak Ardian mulai menerangkan dan semua siswi mendengarkan. Entah mereka sungguh-sungguh mendengarkan atau mereka masih saja terkagum-kagum dengan kegantengan sang guru, yang pasti semua siswi duduk diam, tenang dan tidak ada yang bersuara kecuali ditanya oleh sang guru.

Hari demi hari berlalu dan sang gurupun semakin menjadi idola murid-murid disekolah itu, termasuk juga Sasha, Tere dan Kania. Mereka sangat mengidolakan sang guru. Mereka menjadi bersaing untuk mendapatkan perhatian dan simpati yang lebih dari sang guru.

Sasha sijagoan matematika selalu punya bahan untuk bisa mengobrol dengan Pak Ardian, Tere yang memang pendiam, ternyata diam-diam menyimpan rasa iri atas kedekatan Sasha dengan Pak Ardian. Dan Kania, yang memang kurang untuk urusan hitung menghitung, kecuali menghitung uang bulanan dari orang tuanya, berusaha utuk lebih aktif bertanya setiap kali dia menemui kesulitan.

“Sambil menyelam minum sirop..gw tambah pinter dan yang pasti juga bisa deket sama Pak Ardian” celotehnya pada sahabat-sahabatnya setiap kali dia mendapat kesempatan bertemu dengan Pak Ardian untuk membahas soal yang tidak dia mengerti bersama dengan Pak Ardian.

Tere hanya diam karena memang dia yang paling tidak bisa aktif untuk dekat Pak Ardian.

Keadaan ini berlangsung terus, hingga suatu hari Tere merasa terabaikan oleh kedua sahabatnya yang sibuk dengan pendekatan mereka terhadap sang guru. Akhirnya Tere merasa geram, entah karena dia merasa kalah atau karena memang benar-benar merasa kehilangan sahabat-sahabatnya. Tere malancarkan aksi mogok bicara terhadap mereka. Dia selalu menghidar setiap kali bertemu dengan Sasha dan Kania. Selalu menghindari pembicaraan yang berlama-lama dengan mereka. Dan lebih sering menyendiri bersama dengan bukunya, dalam kamar asrama ataupun dalam perpustakaan. Mereka menjadi jarang sekali makan bareng, maen basket bareng, ato hanya sekedar nongkrong dibalkon asrama untuk bercanda dan tertawa. Semakin hari hubungan mereka semakin merenggang.

Namun ternyata Sasha dan Kania masih belum menyadari perubahan sikap Tere terhadap mereka. Mereka masih saja sibuk dengan pendekatan mereka terhadap sang guru.

Hingga sore itu, terjadi kehebohan dikamar asrama yang mereka sebut sebagai Kamar Srikandi Katrok. Kania kehilangan buku pelajaran Fisikanya, padahal besok ada ulangan fisika.

“Sha buku fisika gw ilang nech..kemana ya? Lu pinjem ga?” Tanya Kania.

“Enggak, lu lupa taruh kali..” sahut Sasha.

“Enggak, gw inget banget tuch buku gw tarus dimeja disamping tupukan buku Biologi dan Bahasa” sergahnya.

“Lu inget-inget dulu dech, sapa tau emang lu lupa taruh, pas lu lagi baca-baca.” Sahut Sasha.

“Aduh, mana besok ulangan lagi….” Teriak Kania.

“Tere mana ya? Jangan-jangan dia lagi yang ngumpetin”

“Hussstt..ga boleh nuduh orang sembarangan lu..Si Tere kan dari kemarin ga kelihatan, dia lagi menyepi di perpustakaan..Cari dulu kek yang bener, jangan asal tuduh gitu…” sambung Sasha.

Kania beranjak dari mejanya menuju meja Tere. Dan…..Taaaa…raaaaa…. Buku fisika Kania ada diatas meja belajar Tere. Melihat bukunya ada disitu si Kania jadi panas dan menghampiri Sasha yang sedang asik membolak-balik buku pelajarannya.

“Tuch bener kan Sha, apa gw bilang si Tere yang ambil buku gw..Ini gw nemu dimeja dia” Tukas Kania yang masih juga sibuk dengan lollipop kesukaannya.

Tere muncul dari koridor dan memasuki kamar dengan lesu dan masih dengan ditemani buku-bukunya.

“Ter, kalo pinjem buku gw bilang-bilang donk, kan gw nyari-nyari dari tadi..lu tuch ya…bikin gw panik aja. Besok kan kita ada ulangan dan gw belum belajar.. terus tiba-tiba buku gw ga ada aja gitu, dan gw nemuin lagi dimeja belajar elu.” Tukas Kania tanpa titik koma dan tanpa memberi kesempatan pada Tere untuk membela diri dan penjelasan. Kemudian Kania keluar meninggalkan kamar dengan marah.

Sasha yang berada diantara pertengkaran ini bengong mendengar segala ocehan Kania soal bukunya, dan Tere yang hanya diam, tanpa merespon sedikitpun atas tuduhan Kania terhadap dirinya.

“Ter, lu kenapa sich? Akhir-akhir ini kok lain. Lu sakit? Ato lu lagi ada masalah?” Tanya Sasha.

Tanpa menjawab Tere keluar meninggalkan kamar. Sasha jadi semakin bingung dengan keadaan ini. Tapi dia akhirnya meneruskan belajarnya.

Setelah kejadian itu Tere dan Kania tidak saling bertegur sapa. TIdak ada yang berminat untuk membuka pembicaraan ataupun meminta maaf.

Pak Guru Ganteng yang menjadi idola mereka, selama beberapa hari tidak mengajar. Ternyata usut punya usut, sang guru ganteng ini sedang cuti karena hendak melaksanakan pertunangan dengan kekasih hatinya. Dia bahkan tidak tau bahwa murid-muridnya menjadi berseteru karena aksi pendekatan mereka terhadap dirinya. Ya memang bukan salah dia juga sich, kan si bapak guru ini hanya menjalankan tugasnya sebagai seorang guru yang baik, yang kalau siswi nya mengalami kesulitan dalam mata pelajaran yang dia ajarkan ya dia wajib untuk mengajarinya.

Kabar tentang pertunangan Pak Ardian menyebar keseluruh penghuni asrama. Dan hasilnya… Para penghuni asrama yang manis-manis ini menjadi patah hati, termasuk Sasha dan Kania.

Seminggu berlalu dan perseteruan antara Kania dan Tere belum juga reda.

Sasha yang sudah mulai gatel dan gerah dengan sikap mereka berdua yang sama-sama sedingin es itu, akhirnya membuka pembicaraan saat mereka bertiga sudah memasuki kamar mereka dan siap untuk beristirahat malam.

“Tere, lu kenapa sich diem aja akhir-akhir ini? Ada masalah? Ato ada yang salah sama gw dan Kania?” Tanya Sasha.

Tere masih diam, tak bersuara dan tetap pada kegiatan membacanya.

“Halah, dimana-mana kalo orang salah itu ya gitu…diem..dasar pengecut..tinggal minta maaf aja susah bener sich..”sergah Kania.

“Kania..diem dulu donk lu..kan gw nanya Tere bukan elu…” sambung Sasha.

Tere masih tetap tak bergeming.

Sasha merasa putus asa, karena omongannya tidak mendapat respon apapun dari Tere. Akhirnya dia naik ketempat tidur. Dan saat dia hendak memejamkan matanya dia mendengar isakan yang keluar dari mulut Tere.

Sasha bangkit dari tidurnya dan menghampiri sahabatnya yang masih saja terduduk dimeja belajarnya.

“Tere kenapa? Kok nangis? Cerita donk…” Kata Sasha.

“Halaaaah..Air mata buaya itu mah..” kata Kania.

“Huuuuussttt…Kania diem dulu dech lu…!!” bentak Sasha.

Sasha mengajak Tere untuk pindah duduk diatas tempat tidurnya dan memeluk Tere sampai Tere merasa lebih lega dan tangisnya mereda.

“Kenapa Ter? Cerita donk…”ulang Sasha.

Akhirnya dengan terbata-bata Tere mulai bercerita tentang kegalauan hatinya selama ini. Tentang perasaanny a terhadap sahabat-sahabatnya yang sibuk dengan aksi PDKT mereka terhadap Pak Ardian. Tere merasa tersisihkan dan terabaikan. Merasa ditinggalkan dan kehilangan kebersamaan yang selama ini telah mereka jalani bertiga. Mereka yang selalu sama-sama belajar, nongkrong bareng dibalkon asrama, ngeledekin Kania dengan lolipopnya. Tere merasa kehilangan semua itu. Dan dia makin terpukul dengan tuduhan Kania terhadapnya.

“Dan soal bukunya Kania Sha, gw ga pernah bermaksud untuk ngumpetin buku dia. Waktu itu dia minta ajarin sama gw untuk ngerjain Tugas dari Ibu Dina, dan dia ninggalin bukunya di meja gw karena dia terima telpon dari mamanya. Dan dia lupa untuk ambil lagi bukunya. Saat gw pingin balikin dia malah sok sibuk baget dan selalu pergi secepat kilat ninggalin gw yang masih ngomong dengan alasan ada janji sama Pak Ardian. Gw ga pernah punya kesempatan untuk bisa balikin bukunya Kania. Makanya buku itu gw taruh aja di samping tumpukan buku-buku gw, supaya dia bisa dengan mudah ambil bukunya.” Tere bercerita masih dengan sisa isakan tangisnya.

Sasha memeluk Tere erat dan meminta maaf karena selama ini dia telah melupakannya sesaat hanya karena pesona Pak Ardian.

Disudut sana Kania pun ternyata juga terisak mendengar semua cerita dan penjelasan dari Tere. Dia merasa bersalah atas sikap kasar dan tuduhannya terhadap Tere. Dengan mata berurai air mata Kania turun dari tempat tidurnya dan memeluk Tere serta Sasha dengan erat dan meminta maaf pada Tere.

“Aduh..pelan-pelan donk meluknya…sesak napas nech gw” teriak Sasha.

“Biarin aja…” kata Kania manja masih sambil menangis.

Dan tiba-tiba saja Tere tertawa. Ternyata si Kania meskipun nangis sesenggukan masih saja ngemut lollipop…Dasar Kania dodoooooolll…..

“ Pak Ardian emang perfect banget ya jadi cowok, sampai-sampai semua murid ngiler kalo liat dia. Tapi sayang dia sudah terikat dengan gadis lain..” Ucap Kania mellow disela kegiatannya mengulum lollipop.

“ Perfect sich perfect, tapi tetep aja, jadi ga berarti kalo gara-gara dia kita jadi lupa sama si kutu buku ini dan akhirnya kita jadi ribut. Sepi tau kalo kalian diem-dieman…Kamar ini jadi bukan lagi kamar Srikandi Katrok…Tapi jadi kamarnya Srikandi gagu…hahaa…” Seru Sasha.

Dan mereka setuju dengan pendapat Sasha itu. Akhirnya Kamar Srikandi Kantrok kembali berseri dan ceria. Mereka ber high five dan saling berpelukan denga Kania yang masih saja mengulum lollipop karena lolipon adalah layaknya nyawa keduanya Kania. ;-D

Pelangi


Masa remaja, masa dimana banyak hal yang indah, lucu, menarik dan menggemaskan terjadi. Hal yang hanya akan bisa kita kenang saat kita mulai beranjak dewasa. Hal yang mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dan bertindak. Masa dimana kepribadian kita dibentuk dan masa yang akan mengantarkan kita kemana kita melangkah. Masa dimana pelangi kehidupan mulai terlihat begitu indah..yah..masa yang indah, seindah warna pelangi yang memberikan keceriaan saat langit kembali bersinar dan hujan berhenti meneteskan airnya..
Copyright 2009 Pelangi. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy