RSS

Kotak Musik Pink


Namanya Karin Karenina, dan biasa dipanggil Karin. Rambut panjangnya yang hitam selalu diikat ekor kuda. Lincah, gesit dan cekatan, kesan yang terlintas saat pertama kali melihatnya. Wajahnya yang bulat seperti telur itu selalu dihiasi senyuman dengan lesing pipit dikedua pipinya yang menjadikannya terlihat lebih manis.
Dan Karin adalah putri tunggal sebuah keluarga ternama dikota tempat dia tinggal. Meskipun dia anak tunggal tapi dia terbiasa hidup mandiri, mungkin karena kedua orang tuanya yang sibuk bekerja membuatnya terlatih dan terbiasa untuk melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya sendiri. Dia tidak pernah mengeluh meskipun dia lebih sering ditemani oleh si bibi yang bekerja dirumahnya. Malahan dia sering kali ikut melakukan pekerjaan rumah yang biasa dilakukan si bibi. Mencuci piringnya sendiri setelah makan, itu selalu menjadi pekerjaan rutinnya.
“Karin, si bibi memang bekerja untuk membantu mengurus rumah kita dan segala keperluan kamu saat papa dan mama sedang bekerja atau sedang pergi keluar kota. Tapi bukan berarti bahwa kamu bisa dengan seenaknya menyuruh-nyuruh atau memerintah dia untuk melayani kamu. Lakukan sendiri sesuatu yang bisa kamu lakukan untuk keperluan kamu sendiri. Berlatihlah untuk mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain. Karena mungkin tidak selamanya bibi ada bersama dengan kita seperti sekarang ini. Mungkin suatu saat nanti dia harus meninggalkan kita dengan alasan tertentu, dan jika itu terjadi kamu akan sudah terbiasa untuk bisa mengurus diri kamu sendiri saat papa dan mama sedang tidak bersama dengan kamu..”nasehat yang selalu papa dan mama Karin ajarkan padanya saat mereka sedang berkumpul bersama saat makan malam atau hanya sekedar ngobrol diruang keluarga. Meskipun orang tua Karin sibuk tapi selalu ada waktu untuk mereka bisa berbagi kebersamaan dengan buah hati mereka, entah itu saat sarapan atau makan malam bersama. Kehangatan keluarga itu tidak pernah hilang meskipun anggotanya mempunyai kesibukannya masing-masing.
Karin yang adalah seorang siswi sekolah tingkat pertama selalu melakukan kewajibannya dengan sebaik-baiknya meskipun orang tuanya sibuk. Dia selalu bangun pagi dan berolah raga sebentar sebelum dia mandi dan memulai aktifitasnya disekolah. Olah raga yang paling dia sukai dipagi hari adalah lari keliling kompleks bersama dengan Chiko anjing kesayangannya. Dia selalu dan terbiasa bangun pukul 5 pagi, meskipun saat itu adalah hari libur.
Pagi itu Karin sedang lari pagi yang tentunya di temani oleh Chiko sang anjing kesayangan. Chiko yang biarpun terikat dirantai yang dipegang oleh Karin dia menikmati sekali kegiatannya pagi itu. Hari itu adalah hari minggu, dan Karin libur sekolah jadi dia bisa keliling-keliling kompleks lebih lama untuk menikmati sejuknya udara pagi dan hiruk pikuknya kehidupan pagi hari di kompleks tempatnya tinggal. Ibu-ibu rumah tangga dan para pembantu rumah tangga yang mulai sibuk berbelanja sayuran dan anak-anak kecil yang sudah mulai bermain didepan rumah bersama dengan teman-teman sebaya mereka.
‘Selamat pagi ..’sapa Karin setiap kali dia bertemu dengan orang sepanjang perjalanannya dengan senyumnya yang hangat, sehangat cahaya mentari pagi itu.
‘Selamat pagi Karin..’ sahut mereka. Karin cukup terkenal dikompleksnya, karena selain dia adalah gadis yang manis dia juga ramah dan sopan kepada siapa saja.
Dalam perjalanannya pulang dari olah raga pagi itu Karin menemukan sebuah kotak yang tergeletek dijalan samping rumahnya. Dia berhenti berlari dan memungut kotak kecil tersebut. Dia ambil lalu dia melanjutkan perjalanannya menuju rumah.
Sesampainya dirumah dia berlari kehalaman belakang, menuju ayunan tempat biasa dia bersantai sambil membaca koleksi buku-buku bacaannya sepulang sekolah. Dia duduk masih dengan keringat yang membasahi badannya. Pelan-pelan dia membuka kotak tersebut dan dia terpesona melihat isi dari kotak tersebut. Sebuah kotak musik berwarna pink dengan dua patung teddy bear yang sedang berpelukan dan menari-nari dalam alunan musik yang indah saat kotak tersebut dibuka.
Hatinya begitu gembira menemukan benda tersebut, namun dia juga bingung, siapakah pemilik kotak musik tersebut. Apakah pemiliknya menyadari bahwa kotak musiknya terjatuh saat dia dalam perjalanan. Dalam hatinya dia merasa kasihan pada sang pemilik kotak tersebut.
Hari demi hari berlalu tanpa ada yang menanyakan perihal kotak music tersebut, dan semakin hari Karin semakin jatuh cinta pada kotak musik itu. Setiap malam sebelum tidur dia selalu membuka kotak music itu dan memandangnya beberapa saat serta menikmati alunan musiknya yang indah. Hatinya terasa tenang dan damai setiap kali dia mendengar music yang keluar dari benda tersebut.
‘Karin, belum tidur ?’ sapa mama sambil membuka pintu kamar Karin.
‘Belum Ma..’ sahut Karin.
‘Mama ada mendengar alunan music yang keluar dari kamar kamu..seperti bunyi sebuah kotak music..’ kata mama lagi.
‘Iya Ma..Waktu hari minggu, minggu lalu, saat Karin pulang dari lari pagi, Karin menemukan sebuah kotak tergeletak disamping pagar rumah kita Ma..lalu Karin mengambil kotak tersebut dan setelah Karin buka isinya adalah kotak music pink ini Ma..’ kata Karin.
‘Lalu kotak music ini milik siapa? Apakah kamu tau pemiliknya?’ Tanya sang mama.
‘Karin tidak tahu Ma..sudah seminggu tapi Karin belum juga mengetahui siapa pemilik kotak music ini..’ sahut Karin.
‘Oo..begitu..Karin.., kamu boleh memainkannya saat ini, tapi kamu tidak boleh menggap bahwa itu adalah kepunyaan kamu, jadi kamu harus berhati-hati memainkannya, dah kamu harus marawatnya dengan baik, karena siapa tahu nanti ada orang yang merasa kehilangan benda itu, dan pada saat itu kamu harus bersedia dan mau untuk mengembalikan benda itu pada pemiliknya karena memang barang ini bukan kepunyaan kamu..Ya Karin..???’ kata sang mama dengan lembut.
‘Iya Ma, Karin akan jaga baik-baik barang ini..’sahut Karin.
‘Ya sudah, sudah malam, sekarang kamu tidur, karena besok kamu harus sekolah..selamat malam Karin…Selamat tidur..’ kata mama sambil mencium kening Karin.
‘Malam Mama…’sahut Karin.
Dua pekan berlalu sejak Karin menemukan kotak musik itu, tanpa ada yang merasa kehilangan. Karin semakin menyayangi kotak musik itu, karena selalu menemani Karin setiap malam menjelang tidur.
Hari itu disekolahnya Karin dan Bella sahabatnya berencana hendak keperpustakaan untuk mencari bahan tugas makalah biologi. Perpustakaan sekolah Karin berada di lantai 3. Dilorong dia melewati banyak murid-murid yang sedang mengobrol, karena saat itu sedang jam istirahat. Saat dia sedang berjalan menaiki tangga dia mendengar obrolan dua orang siswi mengenai sebuah kotak music yang hilang. Dia merasa penasaran dan dia berhenti untuk menanyakan perihal hilangnya kotak music tersebut.
‘Maaf, barusan aku secara tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian mengenai kotak music yang hilang. Kotak music yang hilang itu seperti apa ya? Dan siapa pemiliknya kalo aku boleh tahu?’ Tanya Karin pada kedua siswi tersebut.
‘Kotak music itu berwarna pink dan pemiliknya adalah tetangga disebelah rumahku..’sahut salah satu dari mereka.
‘Beberapa hari yang lalu aku menemukan sebuah kotak didekat rumah tempat tinggalku. Dan isi dari kotak tersebut adalah sebuah kotak music. Aku tidak tau apakah kotak music yang aku temukan itu adalah kotak music yang kamu maksud atau bukan, tapi bolehkah kamu mengantarkanku pada orang yang kehilangan kotak music itu untuk menanyakan apakan kotak music yang aku temukan itu kepunyaannya atau bukan?’ jelas Karin.
‘oh, tentu boleh Karin, kapan kamu akan kesana nanti aku antar, kebetulan rumah kita kan hanya beda beberapa blok saja..’ jawabnya.
‘Bagaimana kalau sore ini? Nanti aku akan datang kerumah kamu sekitar pukul 4. Apa kamu bisa?’ Tanya Karin.
‘oo..tentu..aku akan antar kamu kerumahnya..’sahut Marta, nama siswi tersebut.
‘Ok kalau gitu, aku kerumah kamu jam 4 ya Marta, makasih ya..’ tukas Karin sambil kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju perpustakaan.
Dan sore itu Karin yang hendak memastikan apakah kotak music itu milik orang itu atau bukan menjadi ragu, dia takut kalo seandainya memang benar bahwa kotak music itu adalah milik orang tersebut berarti dia mau tidak mau harus mengembalikan kotak music itu kepada pemiliknya, padahal Karin sudah begitu sayang pada kotak music tersebut. Dia hendak mengurungkan niatnya untuk mencari tahu kepastian tersebut, namun dia teringat kembali akan perkataan mamanya malam itu, dan akhirnya dia berangkat juga kerumah Marta dengan membawa kotak music itu. Sepanjang perjalanan dia berdoa semoga orang yang akan dia kunjungi bukanlah yang empunya kotak music tersebut. Hatinya semakin galau dan sedih karena takut akan kehilangan benda yang sudah sangat ia sayangi itu.
Pukul 4.20 Karin sampai dirumah Marta.
‘Permisi..’ Karin mengucapkan salam saat memasuki halaman rumah Marta.
‘Iya, tunggu sebenta ya Karin, aku pamit sama mamaku sebentar..’ sahut Marta dari dalam rumahnya.
Akhirnya Marta dan Karin berangkat menuju rumah orang yang sejak tadi ditakuti oleh Karin sebagai pemilik dari kotak music tersebut. Rumah orang tersebut hanya berselang 3 rumah dari rumah Marta.
‘Permisi…Ega…’ seru Marta memanggil sang empunya rumah.
‘Iya..Ega sedang tidur..’ suara seorang perempuan tua menyahut salam dan panggilan Marta.
‘Eh, Marta…ada apa? Ega sedang tidur? Ada yang bisa nenek bantu?’ lanjut sang nenek.
‘Ooh, ini nek saya mengantar teman saya, namanya Karin..’jawab Marta.
Karin menjabat tangan sang nenek lalu mencium tangannya.
‘Karin, Nek..’ kata Karin.
‘Sofia..kamu boleh panggil Nenek Sofi..’ sambung sang nenek.
‘Oiya mari silahkan masuk..kalian mau minum apa?’ nenek Sofi menawarkan minum pada mereka berdua.
‘Tidak usah repot-repot Nek, terimakasih…kami tidak lama kok..’ kata Marta.
‘Oohh..oke, jadi ada perlu apa ya nak Karin kemari?’ Tanya sang nenek lembut.
Karin masih ragu-ragu dan takut, dadanya berdebar dengan kencang, mukanya mulai memerah. Dengan suara sedikit gemetar dia menjelaskan maksud kedatangannya.
‘Begini Nek, beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah kotak tergeletak dijalan dekat rumah saya. Kotak itu berisi sebuah kotak music. Dan tadi siang saya mendengar Marta membicarakan sebuah kotak music yang hilang. Apakah kotak music yang hilang itu ini Nek?’ Kata Karin sambil mengulurkan kotak itu kepada sang nenek.
Nenek Sofi membuka kotak tersebut dan mengiyakan bahwa itu adalah kotak musiknya yang hilang, kotak musik yang beliau beli sebagai hadiah ulang tahun cucunya semata wayang, Ega. Muka sang nenek berbinar senang, karena kotak musik itu akhirnya ketemu. Nenek Sofi sudah sangat sedih saat menyadari bahwa kotak tersebut terjatuh saat dia pulang dari pasar untuk membelinya, padahal kotak musik itu adalah benda yang selama ini diinginkan oleh Ega. Nenek Sofi berterimakasih sekali karena Karin bersedia mengembalikan benda itu kepadanya. Nenek Sofi bercerita betapa kecewanya Ega saat dia tau bahwa hadiah ulang tahunnya terjatuh. Meskipun Ega bersikap tegar namun sang nenek tahu bahwa cucunya tersebut sedih.
Ega adalah gadis kecil yang tinggal bersama dengan neneknya, karena orang tuanya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan ternyata si Ega ini menderita sakit yang cukup parah. Dia terkena Leukimia stadium 4. Sang nenek selalu berusaha sekuat tenaga untuk dapat menyenangkan hati Ega disaat-saat terakhir hidupnya.
‘Bagaimana kalo Karin berkenalan dengan Ega, dia pasti akan senang dan berterimakasih karena Kerin sudah bersedia mengembalikan benda yang begitu dia inginkan..’ tawar sang nenek.
‘ooh..dengan senang hati Nek..’ sahut Karin.
‘Sebentar Nenek bangunkan Ega ya..oiya kalian mau minum apa? Hangat atau dingin?’ tawar sang nenek kembali.
‘Dingin boleh Nek..’ sahut Marta.
Nenek Sofi masuk kedalam untuk membangunkan Ega dan membuat minuman.
‘Sore Kak Marta..’ sapa Ega pada Marta.
‘Sore Ega..Ini kenalkan, Kakak Karin teman Kak Marta. Kakak Karin ini yang menemukan kotak music kamu yang terjatuh tempo hari..’ kata Marta memperkenalkan mereka berdua.
‘ Karin..’
‘Ega..Terimakasih ya Kak, kakak sudah mau mengembalikan kotak music itu.’ Jawab Ega sambil menjabat tangan Karin dengan senyum yang merekah karena bahagia.
‘Iya..sama-sama Ega..’sahut Karin.
Mereka mengobrol dengan serunya, dan Ega serta Karin menjadi sangat akrab, mereka bercanda dan tertawa. Nenek Sofi begitu terharu melihat cucunya bisa tertawa dengan bahagia.
Tanpa terasa hari sudah malam, sudah lewat maghrib, dan akhirnya Marta dan Karin undur diri pada Nenek Sofi dan Ega.
‘Kakak Karin sering-sering maen kesini ya…maen sama Ega..’ seru Ega pada Karin yang sudah berjalan keluar halaman rumahnya.
‘Iya..kakak akan sering maen kesini…kamu jangan nakal ya..’ sahut Karin dengan senyum manisnya.
Sesampai dirumah Karin menceritakan semua kejadian sore itu pada mama dan papanya. Bagaimana yang tadinya dia begitu takut kehilangan kotak music itu sampai akhirnya dia dengan senang hati mengembalikan benda itu kepada Ega, gadis cilik yang begitu menginginkan benda itu.
‘Mama dan papa bangga sama kamu Karin..Kamu sudah mau jujur dan mau rela mengembalikan kotak music itu kepada Ega, meskipun kamu juga sangat ingin memiliki kotak music itu. Dan sebagai gantinya kamu mendapatkan satu teman kecil baru. Kamu bisa bermain dan bercanda dengan dia, bisa berbagai kebahagiaan disaat-saat terakhir Ega..Kamu mendapatkan sahabat baru. Sekarang kamu bukan hanya bisa bermain dengan kotak music itu sendiri tapi juga dengan Ega. Kalian bisa bermain bersama dan menikmati setiap alunan nada yang keluar dari kotak music itu berdua. Bukankah itu lebih menyenangkan, daripada kamu menikmati sendiri keindahan kotak music itu?’ kata papa.
‘Iya papa…aku sekarang lebih bahagia pa, karena selain aku tetap bisa bermain dengan kotak music itu, aku juga jadi punya sahabat baru. Punya adik kecil..’ kata Karin sambil tersenyum pada papa dan mamanya.
‘Nah ini baru anak papa dan mama…’ kata papa dan mama kompak.
Hari-hari setelahnya Karin jadi lebih sering maen bersama dengan Ega, entah Karin yang datang kerumah Ega, atau Ega yang maen dengan diantar oleh sang nenek. Mereka menjadi begitu akrab layaknya kakak adik sungguhan. Bercanda dan berbagi mainan berdua. Karin begitu menyayangi Ega begitu juga dengan Ega.
Hingga suatu malam selepas Karin meninggalkan rumah Ega, Ega mendapat serangan. Ega dibawa kerumah sakit oleh sang nenek, sesampai dirumah sakit Ega dibawa keruang UGD untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun ternyata Tuhan punya rencana lain. Ega dipanggil pulang kepangkuannya saat dokter yang biasa menanganinya mencoba memberikan pertolongan. Ega akhirnya meninggal dunia malam itu.
Kabar meninggalnya Ega sampai juga ditelinga Karin pagi harinya. Karin langsung berlari menuju rumah Ega, Karin menangis melihat sahabatnya, adik barunya terbujur kaku. Dipeluknya Ega untuk terakhir kalinya. Dilihatnya wajah gadis kecil itu untuk terahir kalinya. Wajah itu tersenyum. Ega meninggal dengan bahagia dan dalam senyuman.
Nenek Sofi mendekati Karin dan memberikan sebuah amplop dan sebuah kotak pada Karin. Karin membuka amplop itu dan membaca surat yang ada didalamnya.
‘Dear Kak Karin…
Kakak, terimakasih kakak sudah mau menjadi sahabatku, menjadi kakak yang mau menyayangi aku.
Terimakasih kakak sudah selalu menemani aku disaat-saat terakhir aku. Sudah memberikan kebahagiaan kepadaku. Terimakasih sudah selalu mau aku repotkan dan aku buat pusing dengan semua pertanyaan-pertanyaanku tentang semua hal yang aku belum ketahui sebelumnya. Sudah sabar mengajari berbagai hal baru yang belum aku bisa sebelumnya. Terimakasih Kak.
Sekarang aku sudah bahagia diatas sini Kak. Kakak jangan menangis dan jangan sedih ya.
Oiya kotak music ini aku ingin sekali supaya kakak menyimpannya untukku. Kalau kakak kangen padaku kakak bisa memainkannya dan aku akan ada disamping kakak.
Aku sayang sama Kak Karin dan akan selalu menyayangi Kakak.
Ega.’
Karin menangis membaca surat itu namun dia tetap tersenyum saat menatap kembali tubuh Ega yang sudah kaku itu.
‘Kakak janji Ega, kakak akan menjaga baik-baik harta kesayangan kita ini…Kakak juga sayang sama Ega..Kamu baik-baik ya disana..’ kata Karin pada tubuh Ega.
Nenek Sofi memeluk Karin dengan erat dan mereka mengantarkan Ega sampai ketempat peristirahatannya yang terakhir.
‘Selamat jalan Ega, kamu akan selalu ada di hati kakak. Kamu akan selalu jadi sahabat kakak dan adik kakak yang paling manis..’ Bisik Karin untuk terakhir kalinya.
Setelah meninggalnya Ega, Karin masih selalu mengunjungi nenek Sofi. Dan bahkan mereka sering mengunjungi makam Ega berdua. Meskipun Ega sudah meninggal tapi meraka tetap menyayangi Ega.

0 comments:

Copyright 2009 Pelangi. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy