RSS

Srikandi Katrok




Sasha adalah salah satu siswa yang kelasnya berada dipaling ujung sekolah asrama ini. Dia adalah gadis manis, yang lincah, pintar dan cekatan. Tidak hanya itu,dia juga mempunyai suara yang sangat merdu. Dalam setiap acara yang diadakan disekolah ini dia selalu menyumbangkan suara emasnya.

Selain pintar dia juga sangat baik dan santun terhadap para guru dan karyawan pengurus asrama. Gimana nggak, dia jadi salah satu selebritis disekolah itu. Siapa yang tak kenal dia. Siapa yang tak iri terhadap kepintaran, wajah manis dan suara merdunya. Semua orang yang mengenalnya merasa bangga terhadapnya.

Namanya juga anak smp, pasti ada aja yang nama geng-geng di kelas. Begitu pula dengan Sasha. Dia punya temen satu geng, yakni Tere dan Kania. Tere adalah gadis yang tinggi, kurus dengan rambut berombak yang membuatnya terlihat anggun. Dengan kacamatanya yang selalu tergantung di hidungnya yang tidak bisa dibilang mancung, Tere selalu memegang buku kemanapun dia melangkah, yang sebenernya juga tidak ada yang tau buku apa yang dia pegang. Dan Kania, gadis berwajah oriental ini selalu identik dengan lolipopnya. Kemanapun, dimanapun dan sedang apapun selalu saja terselip lollipop di mulutnya.

Mereka bertiga adalah jagoannya SMP Karya Bangsa, Sasha yang pintar Matematika ini selalu menjadi juara dalam setiap perlombaan antar sekolah yang diadakan dikota itu. Tere dengan kacamatanya selalu bisa menyelesaikan setiap soal fisika yang disodorkan padanya. Dan Kania yang bahasa inggrisnya sudah cas cis cus itu selalu menjuarai setiap perlombaan pidato dan debat dengan bahasa inggris. Mereka adalah tiga srikandi SMP Karya Bangsa.

Hari-hari diasrama adalah hari-hari dimana semua siswa menjadi sibuk. Bangun pagi-pagi, berdoa bersama, mandi sarapan dan akhirnya memulai aktifitas mereka sebagai seorang siswa. Sore hari setelah jam pelajaran usai mereka masih harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Malam hari setelah jam makan malam mereka dikelilingi oleh buku-buku pelajaran yang tentunya tidak bisa dibilang tipis, yang sebenernya bisa saja dijadikan sebagai bantal untuk tidur. Dan mereka harus dengan sabar dan tekum membaca setiap kalimat yang tertulis dalam buku-buku pintar itu. Hari-hari yang dipenui dengan rutinitas yang berat.

Pagi itu di kelas Sasha terjadi kehebohan. Kania si amoi, membawa gossip yang membuat heboh seluruh penghuni kelas itu. Ternyata mereka mendapat guru baru. Bapak Ardian namanya. Beliau ini akan mengajar mametika dikelas itu menggantikan Bapak Suta yang sudah memasuki usia pensiun. Kehebohan itu terhenti saat sosok laki-laki betubuh kurang lebih 180 cm dengan kemeja warna krem dan bawahan hitam serta sepatu hitam mengkilat memasuki ruangan itu. Pak Ardian begitu berwibawa dan tampak bijak dengan kacamata framelessnya. Penampilannya yang rapi dan memang berwajah ganteng itu membuat seluruh siswi dalam ruangan itu terpana.

“Nama saya Ardian. Dan saya akan mengajar matematika dikelas ini menggantikan Bapak Suta yang sebentar lagi akan pensiun. Nah, sekarang saya ingin sekali mengenal murid-murid saya dikelas ini satu persatu. Silakan siapa yang akan menjadi yang pertama untuk memperkenalkan dirinya..” kata Pak Ardian.

Hening. Tak ada satupun siswa yang maju atau bahkan berdiri untuk memulai acara perkenalan itu. Semua diam dan hanya memandang sang guru yang bak peragawan itu berdiri didepan kelas.

“Ok, kalo tidak ada yang bersedia untuk memulai, saya akan panggil satu-satu sesuai dengan nama yang tertera dalam daftar absensi ini.” Katanya.

Dan sang guru nan ganteng itu pun mulai mengabsen siswi yang ada dalam kelas tersebut. Hingga tiba giliran Sasha.

“Anastasia Sasha Ariyanto..” ucap pak Ardian

“Saya pak..” sahut Sasha sambil berdiri.

“Saya dengar kamu adalah salah satu siswi yang berbakat disekolah ini dalam bidang matematika dan juga kesenian. Semoga kita bisa bekerja sama dikelas ini ya Sasha..” samabungnya.

Sasha tersipu dan kembali duduk dibangkunya. Giliran Tere dipanggil namanya.

“Teresiana Hadinata..”

“Saya pak..” sahut Tere.

“Nah ini dia si fisikawan SMP Karya Bangsa..”ucap sang bapak guru.

Tere duduk kembali dengan muka memerah. Selanjutnya adalah giliran Kania.

“Kania Putri Nirmala..”

“Saya pak..” sambung Kania.

“Ini dia sang jagoan debat bahasa inggris kita..”

Reaksi yang sama terjadi pada Kania, muka merah, senyum simpul dibibirnya menunjukan bahwa dia tersanjung dengan pujian sang bapak guru.

“Dan saat nya kita memulai perlajaran kita hari ini. Silakan buka buku pelajaran kalian halaman 87.” Pak Ardian mulai menerangkan dan semua siswi mendengarkan. Entah mereka sungguh-sungguh mendengarkan atau mereka masih saja terkagum-kagum dengan kegantengan sang guru, yang pasti semua siswi duduk diam, tenang dan tidak ada yang bersuara kecuali ditanya oleh sang guru.

Hari demi hari berlalu dan sang gurupun semakin menjadi idola murid-murid disekolah itu, termasuk juga Sasha, Tere dan Kania. Mereka sangat mengidolakan sang guru. Mereka menjadi bersaing untuk mendapatkan perhatian dan simpati yang lebih dari sang guru.

Sasha sijagoan matematika selalu punya bahan untuk bisa mengobrol dengan Pak Ardian, Tere yang memang pendiam, ternyata diam-diam menyimpan rasa iri atas kedekatan Sasha dengan Pak Ardian. Dan Kania, yang memang kurang untuk urusan hitung menghitung, kecuali menghitung uang bulanan dari orang tuanya, berusaha utuk lebih aktif bertanya setiap kali dia menemui kesulitan.

“Sambil menyelam minum sirop..gw tambah pinter dan yang pasti juga bisa deket sama Pak Ardian” celotehnya pada sahabat-sahabatnya setiap kali dia mendapat kesempatan bertemu dengan Pak Ardian untuk membahas soal yang tidak dia mengerti bersama dengan Pak Ardian.

Tere hanya diam karena memang dia yang paling tidak bisa aktif untuk dekat Pak Ardian.

Keadaan ini berlangsung terus, hingga suatu hari Tere merasa terabaikan oleh kedua sahabatnya yang sibuk dengan pendekatan mereka terhadap sang guru. Akhirnya Tere merasa geram, entah karena dia merasa kalah atau karena memang benar-benar merasa kehilangan sahabat-sahabatnya. Tere malancarkan aksi mogok bicara terhadap mereka. Dia selalu menghidar setiap kali bertemu dengan Sasha dan Kania. Selalu menghindari pembicaraan yang berlama-lama dengan mereka. Dan lebih sering menyendiri bersama dengan bukunya, dalam kamar asrama ataupun dalam perpustakaan. Mereka menjadi jarang sekali makan bareng, maen basket bareng, ato hanya sekedar nongkrong dibalkon asrama untuk bercanda dan tertawa. Semakin hari hubungan mereka semakin merenggang.

Namun ternyata Sasha dan Kania masih belum menyadari perubahan sikap Tere terhadap mereka. Mereka masih saja sibuk dengan pendekatan mereka terhadap sang guru.

Hingga sore itu, terjadi kehebohan dikamar asrama yang mereka sebut sebagai Kamar Srikandi Katrok. Kania kehilangan buku pelajaran Fisikanya, padahal besok ada ulangan fisika.

“Sha buku fisika gw ilang nech..kemana ya? Lu pinjem ga?” Tanya Kania.

“Enggak, lu lupa taruh kali..” sahut Sasha.

“Enggak, gw inget banget tuch buku gw tarus dimeja disamping tupukan buku Biologi dan Bahasa” sergahnya.

“Lu inget-inget dulu dech, sapa tau emang lu lupa taruh, pas lu lagi baca-baca.” Sahut Sasha.

“Aduh, mana besok ulangan lagi….” Teriak Kania.

“Tere mana ya? Jangan-jangan dia lagi yang ngumpetin”

“Hussstt..ga boleh nuduh orang sembarangan lu..Si Tere kan dari kemarin ga kelihatan, dia lagi menyepi di perpustakaan..Cari dulu kek yang bener, jangan asal tuduh gitu…” sambung Sasha.

Kania beranjak dari mejanya menuju meja Tere. Dan…..Taaaa…raaaaa…. Buku fisika Kania ada diatas meja belajar Tere. Melihat bukunya ada disitu si Kania jadi panas dan menghampiri Sasha yang sedang asik membolak-balik buku pelajarannya.

“Tuch bener kan Sha, apa gw bilang si Tere yang ambil buku gw..Ini gw nemu dimeja dia” Tukas Kania yang masih juga sibuk dengan lollipop kesukaannya.

Tere muncul dari koridor dan memasuki kamar dengan lesu dan masih dengan ditemani buku-bukunya.

“Ter, kalo pinjem buku gw bilang-bilang donk, kan gw nyari-nyari dari tadi..lu tuch ya…bikin gw panik aja. Besok kan kita ada ulangan dan gw belum belajar.. terus tiba-tiba buku gw ga ada aja gitu, dan gw nemuin lagi dimeja belajar elu.” Tukas Kania tanpa titik koma dan tanpa memberi kesempatan pada Tere untuk membela diri dan penjelasan. Kemudian Kania keluar meninggalkan kamar dengan marah.

Sasha yang berada diantara pertengkaran ini bengong mendengar segala ocehan Kania soal bukunya, dan Tere yang hanya diam, tanpa merespon sedikitpun atas tuduhan Kania terhadap dirinya.

“Ter, lu kenapa sich? Akhir-akhir ini kok lain. Lu sakit? Ato lu lagi ada masalah?” Tanya Sasha.

Tanpa menjawab Tere keluar meninggalkan kamar. Sasha jadi semakin bingung dengan keadaan ini. Tapi dia akhirnya meneruskan belajarnya.

Setelah kejadian itu Tere dan Kania tidak saling bertegur sapa. TIdak ada yang berminat untuk membuka pembicaraan ataupun meminta maaf.

Pak Guru Ganteng yang menjadi idola mereka, selama beberapa hari tidak mengajar. Ternyata usut punya usut, sang guru ganteng ini sedang cuti karena hendak melaksanakan pertunangan dengan kekasih hatinya. Dia bahkan tidak tau bahwa murid-muridnya menjadi berseteru karena aksi pendekatan mereka terhadap dirinya. Ya memang bukan salah dia juga sich, kan si bapak guru ini hanya menjalankan tugasnya sebagai seorang guru yang baik, yang kalau siswi nya mengalami kesulitan dalam mata pelajaran yang dia ajarkan ya dia wajib untuk mengajarinya.

Kabar tentang pertunangan Pak Ardian menyebar keseluruh penghuni asrama. Dan hasilnya… Para penghuni asrama yang manis-manis ini menjadi patah hati, termasuk Sasha dan Kania.

Seminggu berlalu dan perseteruan antara Kania dan Tere belum juga reda.

Sasha yang sudah mulai gatel dan gerah dengan sikap mereka berdua yang sama-sama sedingin es itu, akhirnya membuka pembicaraan saat mereka bertiga sudah memasuki kamar mereka dan siap untuk beristirahat malam.

“Tere, lu kenapa sich diem aja akhir-akhir ini? Ada masalah? Ato ada yang salah sama gw dan Kania?” Tanya Sasha.

Tere masih diam, tak bersuara dan tetap pada kegiatan membacanya.

“Halah, dimana-mana kalo orang salah itu ya gitu…diem..dasar pengecut..tinggal minta maaf aja susah bener sich..”sergah Kania.

“Kania..diem dulu donk lu..kan gw nanya Tere bukan elu…” sambung Sasha.

Tere masih tetap tak bergeming.

Sasha merasa putus asa, karena omongannya tidak mendapat respon apapun dari Tere. Akhirnya dia naik ketempat tidur. Dan saat dia hendak memejamkan matanya dia mendengar isakan yang keluar dari mulut Tere.

Sasha bangkit dari tidurnya dan menghampiri sahabatnya yang masih saja terduduk dimeja belajarnya.

“Tere kenapa? Kok nangis? Cerita donk…” Kata Sasha.

“Halaaaah..Air mata buaya itu mah..” kata Kania.

“Huuuuussttt…Kania diem dulu dech lu…!!” bentak Sasha.

Sasha mengajak Tere untuk pindah duduk diatas tempat tidurnya dan memeluk Tere sampai Tere merasa lebih lega dan tangisnya mereda.

“Kenapa Ter? Cerita donk…”ulang Sasha.

Akhirnya dengan terbata-bata Tere mulai bercerita tentang kegalauan hatinya selama ini. Tentang perasaanny a terhadap sahabat-sahabatnya yang sibuk dengan aksi PDKT mereka terhadap Pak Ardian. Tere merasa tersisihkan dan terabaikan. Merasa ditinggalkan dan kehilangan kebersamaan yang selama ini telah mereka jalani bertiga. Mereka yang selalu sama-sama belajar, nongkrong bareng dibalkon asrama, ngeledekin Kania dengan lolipopnya. Tere merasa kehilangan semua itu. Dan dia makin terpukul dengan tuduhan Kania terhadapnya.

“Dan soal bukunya Kania Sha, gw ga pernah bermaksud untuk ngumpetin buku dia. Waktu itu dia minta ajarin sama gw untuk ngerjain Tugas dari Ibu Dina, dan dia ninggalin bukunya di meja gw karena dia terima telpon dari mamanya. Dan dia lupa untuk ambil lagi bukunya. Saat gw pingin balikin dia malah sok sibuk baget dan selalu pergi secepat kilat ninggalin gw yang masih ngomong dengan alasan ada janji sama Pak Ardian. Gw ga pernah punya kesempatan untuk bisa balikin bukunya Kania. Makanya buku itu gw taruh aja di samping tumpukan buku-buku gw, supaya dia bisa dengan mudah ambil bukunya.” Tere bercerita masih dengan sisa isakan tangisnya.

Sasha memeluk Tere erat dan meminta maaf karena selama ini dia telah melupakannya sesaat hanya karena pesona Pak Ardian.

Disudut sana Kania pun ternyata juga terisak mendengar semua cerita dan penjelasan dari Tere. Dia merasa bersalah atas sikap kasar dan tuduhannya terhadap Tere. Dengan mata berurai air mata Kania turun dari tempat tidurnya dan memeluk Tere serta Sasha dengan erat dan meminta maaf pada Tere.

“Aduh..pelan-pelan donk meluknya…sesak napas nech gw” teriak Sasha.

“Biarin aja…” kata Kania manja masih sambil menangis.

Dan tiba-tiba saja Tere tertawa. Ternyata si Kania meskipun nangis sesenggukan masih saja ngemut lollipop…Dasar Kania dodoooooolll…..

“ Pak Ardian emang perfect banget ya jadi cowok, sampai-sampai semua murid ngiler kalo liat dia. Tapi sayang dia sudah terikat dengan gadis lain..” Ucap Kania mellow disela kegiatannya mengulum lollipop.

“ Perfect sich perfect, tapi tetep aja, jadi ga berarti kalo gara-gara dia kita jadi lupa sama si kutu buku ini dan akhirnya kita jadi ribut. Sepi tau kalo kalian diem-dieman…Kamar ini jadi bukan lagi kamar Srikandi Katrok…Tapi jadi kamarnya Srikandi gagu…hahaa…” Seru Sasha.

Dan mereka setuju dengan pendapat Sasha itu. Akhirnya Kamar Srikandi Kantrok kembali berseri dan ceria. Mereka ber high five dan saling berpelukan denga Kania yang masih saja mengulum lollipop karena lolipon adalah layaknya nyawa keduanya Kania. ;-D

0 comments:

Copyright 2009 Pelangi. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy